3/25/2013

Konsepsi Islam tentang Ilmu dan Orang yang Berilmu


Dengan ilmu pengetahuan, Allah telah memuliakan manusia. Adam ’alaihis salam, bapak kita semua, diangkat derajatnya oleh Allah diatas para malaikat karena Allah telah menganugerahkan kepadanya ilmu pengetahuan, yang tidak diberikan kepada para malaikat. Allah juga berjanji bahwa Dia akan mengangkat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat. Semua ini mempertegas kemuliaan orang yang berilmu pengetahuan.

Pertanyaannya, siapakah orang yang berilmu pengetahuan itu? Apakah seorang profesor? Atau seorang ilmuwan terkemuka? Atau seorang penemu macam Thomas Alfa Edison? Atau siapa? Jawabannya ada dalam Al-Qur’an. Di bagian akhir QS Ali ’Imran Allah Ta’ala menggambarkan tanda-tanda kekuasannya yang terbentang di alam semesta ini (ayat kauniyah), lalu persis sesudah itu memberikan deskripsi kepada kita tentang sosok ulul albab (orang yang berilmu pengetahuan). Dia berfirman,”(Ulul albab ialah) orang-orang yang senantiasa mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk dan berbaring. Dan mereka senantiasa memikirkan penciptaan langit dan bumi, lalu berkata,’Wahai Rabb kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau, maka hindarkanlah kami dari siksa api neraka”.
 
Disini kita melihat bagaimana Allah mengaitkan tanda-tanda kekuasaan-Nya yang bersifat kauniyah dengan sosok ulul albab. Ini adalah sebuah indikasi yang amat jelas bahwa ulul albab adalah orang-orang yang senantiasa melakukan tafakkur (perenungan) terhadap ayat-ayat kauniyah. Dan ini semakin jelas ketika Allah memberikan penegasan secara eksplisit: ”(Ulul albab ialah) ... mereka senantiasa memikirkan penciptaan langit dan bumi...”

Namun, tidak hanya sampai disini. Tidaklah semua orang yang merenungi ayat-ayat kauniyah layak disebut sebagai ulul albab. Allah memberikan persyaratan tambahan: ” lalu mereka berkata,’Wahai Rabb kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau, maka hindarkanlah kami dari siksa api neraka”. Disini dijelaskan bahwa perenungan terhadap ayat-ayat kauniyah harus membawa seseorang pada sebuah kasadaran dan pengakuan akan kebesaran Allah Sang Pencipta dan Pengatur. Tidak hanya sebuah kesadaran dan pengakuan, namun juga konsekuensi logis dari hal tersebut: meningkatnya rasa takut kepada Allah. Sudah barang tentu ketika seseorang menyadari kebesaran Allah maka iapun akan menjadi takut kepada-Nya. Untuk itulah Allah menjelaskan bagaimana ulul albab sampai pada permohonannya yang tulus: ”Maka hindarkanlah aku dari siksa api neraka.”

Demikianlah konsepsi Al-Qur’an tentang orang yang berilmu pengetahuan, yaitu orang yang senantiasa merenungi ayat-ayat kauniyah, lalu sampai pada kesadaran dan pengakuan pada kebesaran Allah, dan akhirnya sampai pada puncak rasa takut kepada-Nya. Kesimpulannya, ilmu pengetahuan semestinya mengantarkan pemiliknya pada peningkatan ketakwaan dan rasa takut kepada Allah. Dan dengan demikian, dalam Islam seseorang baru disebut berilmu pengetahuan jika ilmu pengetahuan yang dimiliknya mengantarkannya pada rasa takut yang sangat kepada Allah. Dengan tafsiran seperti inilah kita memahami firman Allah dalam QS Faathir: ”Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah orang-orang yang berilmu pengetahuan (ulama).”

Lalu bagaimana dengan kenyataan di sekeliling kita dimana kita sering melihat orang-orang yang biasa disebut berilmu pengetahuan, ilmuwan dan semacamnya, namun sama sekali tidak beriman, tidak bertakwa, dan tidak takut kepada Allah. Bahkan mungkin sebaliknya. Jawabannya ada dua kemungkinan. Pertama, mereka belum sampai pada puncak dan hakikat ilmu pengetahuan yang mereka pelajari. Mereka baru mendapati kulit dari ilmu pengetahuan yang mereka pelajari, belum inti dan hakikatnya. Kedua, mereka sudah mendapatkan hakikat dibalik ilmu pengetahuan yang mereka pelajari namun mereka tidak bersikap jujur. Mereka membohongi diri mereka sendiri, dengan motif yang bisa beragam.

Dari konsepsi tentang orang yang berilmu pengetahuan sebagaimana dijelaskan diatas, kita juga menjadi paham mengapa Islam tidak mengenal sekularisasi ilmu pengetahuan. Dalam Islam, ilmu sama sekali tidak bisa dipisahkan dengan keimanan dan ketakwaan. Tanpa keimanan dan ketakwaan, sesuatu tidak bisa disebut sebagai ilmu. Dan tanpa ilmu, tidak mungkin kita bisa mencapai puncak keimanan dan ketakwaan. Persis seperti dua sisi mata uang.

Karena itu, kita semua punya pekerjaan rumah untuk mengintegrasikan kembali ilmu dan iman, setelah sebelum ini sengaja dipisahkan satu sama lain. Jika kita mampu mengintegrasikan antara ilmu pengetahuan dan iman-takwa, insyaalah derajat kita akan diangkat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Amin.
 
Sumber : Menara-Islam.com

Perlukah Islamisasi Sains?


Ide islamisasi ilmu pengetahuan tentu saja mencakup berbagai macam disiplin keilmuan, baik itu ilmu alam (yang selanjutnya saya sebut sebagai sains) maupun ilmu sosial. Saya yakin banyak kalangan akan sepakat bahwa ilmu-ilmu sosial lebih mudah menerima unsur-unsur yang tidak islami dalam perkembangannya. Dengan demikian, ilmu-ilmu sosial memang layak untuk di-islamisasi. Sebut saja islamisasi ilmu ekonomi, ilmu politik, ilmu estetika, ilmu antropologi, ilmu sosiologi, dan sebagainya.

Bagaimana halnya dengan sains? Apakah sains juga perlu di-islamisasi? Sampai batas tertentu, ada pro dan kontra dalam hal ini. Sebagian kalangan berpandangan bahwa sains itu sudah islami dan akan selalu islami, jika dieksplorasi dan dikembangkan dengan jujur dan ilmiah. Dan karenanya, tidak perlu ada islamisasi sains. Sebagian yang lainnya berkeyakinan bahwa tidak ada satu jenis ilmu pun yang bisa bebas nilai, termasuk sains. Artinya, selalu ada kemungkinan bahwa dalam sains yang sejauh ini telah dikembangkan ada unsur-unsur yang tidak islami. Dengan demikian islamisasi sains pun sebuah keniscayaan.


Lebih jauh lagi, kalangan yang tidak sepakat dengan islamisasi sains melihat bahwa Islam – dan wahyu secara lebih spesifik – hanyalah memberikan arahan dan motivasi agar manusia melakukan tafakkur terhadap ayat-ayat kauniyah, berbekal akal yang telah dianugerahkan kepada mereka. Bagaimana tafakkur itu dilakukan diserahkan sepenuhnya kepada manusia, asalkan masih bismirabbika (dengan nama Allah) sebagaimana diisyaratkan dalam ayat pertama QS Al-‘Alaq. Apa yang didapatkan oleh manusia setelah bertafakkur pastilah bermuara pada keesaan dan kebesaran Allah. 
 
Jadi, kata mereka, sains itu pada dirinya sendiri sudah islami. Yang penting adalah bagaimana manusia menyikapi sains yang telah mereka pahami. Apakah akan memberikan kesadaran akan keesaan dan kebesaran Allah ataukah tidak memberikan kesadaran semacam itu sama sekali? Apakah akan dimanfaatkan untuk kebaikan sebagaimana fungsi manusia sebagai pemakmur bumi, atau justru sebaliknya dimanfaatkan untuk menciptakan kerusakan di muka bumi ini? Semuanya tergantung pada manusia itu sendiri, bukan pada sainsnya.

Kalangan ini lebih lanjut mempertanyakan jika memang islamisasi sains itu perlu, bagaimanakah bentuknya? Apakah dengan cara menempelkan label islami pada setiap materi sains, misalnya dengan memaksakan justifikasi wahyu pada materi-materi sains, sehingga wahyu seolah-olah hanya berfungsi sebagai ‘tukang stempel’ atas rumusan-rumusan materi sains? Atau dengan mengatakan bahwa wahyu adalah sumber sains? Atau bagaimana?

Kalangan ini bahkan memperingatkan bahwa jika wahyu diperlakukan secara tidak proporsional dalam kaitannya dengan pengembangan sains, maka justru akan timbul berbagai macam kesalahan pemahaman dan penafsiran. Contohnya adalah tafsir saintifik yang berlebihan atas ayat-ayat Al-Qur’an, yang ternyata justru memunculkan berbagai pemahaman dan penafsiran yang kontroversial dan bahkan bertentangan dengan prinsip-prinsip wahyu itu sendiri.

Karena itu, lanjut mereka, cukuplah wahyu berfungsi sebagai landasan moral bagi pengembangan sains. Dengan wahyu sebagai landasan moral, pengembangan sains dengan sendirinya pasti akan bermuara pada hal-hal yang islami, yang menguatkan apa yang telah ada pada wahyu itu sendiri.

Adapun kalangan yang menganggap bahwa islamisasi sains itu perlu berpandangan bahwa sains, sebagaimana ilmu-ilmu lainnya yang dikembangkan oleh manusia, selalu dipengaruhi oleh nilai-nilai eksternal seperti filosofi yang melandasi, cara pandang orang-orang yang mempelajari dan mengembangkannya, iklim pemikiran, kebudayaan dan peradaban yang mempengaruhinya, kepentingan-kepentingan yang melingkupi, dan sebagainya. Pendek kata, tidak bisa dijamin bahwa sains dengan sendirinya akan selalu islami.

Dengan demikian, lanjut mereka, kita perlu melihat kembali materi-materi sains yang telah kita rumuskan. Apakah didalamnya ada unsur-unsur yang tidak islami? Jika ada, maka kita harus melakukan pembersihan: menyingkirkan dan membuang unsur-unsur yang tidak islami tersebut.

Teori Evolusi Darwin adalah salah satu contoh bagaimana pengembangan sains amat dipengaruhi oleh filosofi yang melandasi pengembangannya. Dengan landasan filosofi materialisme, Charles Darwin telah merumuskan sebuah teori yang jelas-jelas bertentangan dengan ajaran Islam.

Pengembangan ilmu tentang asal-usul alam semesta yang selama ini dilakukan oleh Barat yang menganut filosofi materialisme ternyata juga menghasilkan teori-teori yang jelas-jelas menafikan peran Allah sebagai Sang Maha Pencipta.

Apakah bisa dijamin bahwa materi-materi sains yang lainnya juga tidak mengalami hal yang serupa dengan dua contoh ini?

Demikian pula terlihat bahwa kemajuan sains yang telah dicapai oleh Barat seolah-olah sama sekali tidak memberikan pengaruh positif pada kualitas hidup non fisik manusia. Sebaliknya, kemajuan sains sepertinya semakin menjauhkan masyarakat Barat dari Sang Pencipta. Jika memang sains yang mereka kembangkan itu benar, semestinya akan memberikan pengaruh positif yang signifikan pada kualitas hidup non fisik mereka, sebagaimana dijanjikan oleh Allah bahwa ilmu pengetahuan akan mengangkat derajat manusia di sisi-Nya. Hal yang serupa kurang lebih juga terjadi di tengah-tengah masyarakat muslim. Ilmu pengetahuan sejauh ini seolah-olah belum memberikan pengaruh yang positif pada spiritualitas umat. Ini tidak lain adalah indikasi bahwa ada sesuatu yang salah dalam sains yang telah ada.

Kalau kita melihat dua pandangan yang berseberangan diatas, kita melihat bahwa masing-masing pandangan memang ada benarnya. Jika memang demikian, mengapa kita tidak mengambil jalan tengahnya saja, dengan cara menggabungkan dan menyelaraskan kebenaran pada kedua pandangan diatas?

Memang benar bahwa sains akan bersifat islami ketika dieksplorasi dan dikembangkan secara jujur dan ilmiah, namun tidak bisa dipungkiri pula bahwa faktor-faktor seperti filosofi, cara pandang, kepentingan, dan iklim pemikiran, kebudayaan, dan peradaban juga berpengaruh pada tumbuh kembangnya sains. Tugas kita adalah memastikan bahwa tidak ada faktor-faktor negatif dan kontraproduktif yang akan menyimpangkan sains dari obyektivitasnya. Tugas ini setidak-tidaknya bisa dilaksanakan dengan dua cara: (1) membersihkan sains yang telah ada dari unsur-unsur yang tidak islami, dan (2) berusaha untuk mengembangkan materi sains yang baru dari landasan berpikir dan filosofis yang benar-benar islami. Itulah menurut definisi yang cukup tepat mengenai islamisasi sains. Bagaimana menurut Anda?

Membaca Ayat-Ayat Allah


Kita, di dunia ini, tidak pernah bisa melihat Allah. Lalu bagaimana kita bisa mengetahui bahwa Allah memang ada dan tidak ada sekutu bagi-Nya? Dan bagaimana kita bisa mengenal-Nya?

Memang, Allah telah menetapkan bahwa kita tidak akan bisa melihat-Nya di dunia ini, namun Allah telah menampakkan kepada kita ayat-ayat-Nya. Kemudian, Allah telah menganugerahkan kepada kita akal pikiran dan hati agar kita bisa memahami ayat-ayat-Nya.

Allah telah menyediakan untuk kita dua jenis ayat. Yang pertama, ayat qauliyah, yaitu ayat-ayat yang Allah firmankan dalam kitab-kitab-Nya. Al-Qur’an adalah ayat qauliyah. Yang kedua, ayat kauniyah, yaitu ayat-ayat dalam bentuk segala ciptaan Allah berupa alam semesta dan semua yang ada didalamnya. Ayat-ayat ini meliputi segala macam ciptaan Allah, baik itu yang kecil (mikrokosmos) ataupun yang besar (makrokosmos). Bahkan diri kita baik secara fisik maupun psikis juga merupakan ayat kauniyah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam QS Fushshilat ayat 53:

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di segala penjuru bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Quran adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?”


Hubungan antara Ayat Qauliyah dan Ayat Kauniyah

Antara ayat-ayat qauliyah dan ayat-ayat kauniyah terdapat hubungan yang sangat erat karena keduanya sama-sama berasal dari Allah. Kalau kita memperhatikan ayat qauliyah, yakni Al-Qur’an, kita akan mendapati sekian banyak perintah dan anjuran untuk memperhatikan ayat-ayat kauniyah. Salah satu diantara sekian banyak perintah tersebut adalah firman Allah dalam QS Adz-Dzariyat ayat 20-21:

“Dan di bumi terdapat ayat-ayat (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”

Dalam ayat diatas, jelas-jelas Allah mengajukan sebuah kalimat retoris: “Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” Kalimat yang bernada bertanya ini tidak lain adalah perintah agar kita memperhatikan ayat-ayat-Nya yang berupa segala yang ada di bumi dan juga yang ada pada diri kita masing-masing. Inilah ayat-ayat Allah dalam bentuk alam semesta (ath-thabi’ah, nature).

Dalam QS Yusuf ayat 109, Allah berfirman: “Maka tidakkah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka?”

Ini juga perintah dari Allah agar kita memperhatikan jenis lain dari ayat-ayat kauniyah, yaitu sejarah dan ihwal manusia (at-tarikh wal-basyariyah).

Disamping itu, sebagian diantara ayat-ayat kauniyah juga tidak jarang disebutkan secara eksplisit dalam ayat qauliyah, yakni Al-Qur’an. Tidak jarang dalam Al-Qur’an Allah memaparkan proses penciptaan manusia, proses penciptaan alam semesta, keadaan langit, bumi, gunung-gunung, laut, manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya. Bahkan ketika para ilmuwan menyelidiki dengan seksama paparan dalam ayat-ayat tersebut, mereka terkesima dan takjub bukan kepalang karena menemukan keajaiban ilmiah pada ayat-ayat tersebut, sementara Al-Qur’an diturunkan beberapa ratus tahun yang lalu, dimana belum pernah ada penelitian-penelitian ilmiah.

Karena itu, tidak hanya ayat-ayat qauliyah yang menguatkan ayat-ayat kauniyah. Sebaliknya, ayat-ayat kauniyah juga senantiasa menguatkan ayat-ayat qauliyah. Adanya penemuan-penemuan ilmiah yang menegaskan kemukjizatan ilmiah pada Al-Qur’an tidak diragukan lagi merupakan bentuk penguatan ayat-ayat kauniyah terhadap kebenaran ayat-ayat qauliyah.

Kewajiban Kita terhadap Ayat-ayat Allah

Setelah kita mengetahui bentuk ayat-ayat Allah, yang menjadi penting untuk dipertanyakan adalah apa yang harus kita lakukan terhadap ayat-ayat tersebut. Atau dengan kata lain, apa kewajiban kita terhadap ayat-ayat tersebut? Dan jawabannya ternyata hanya satu kata: iqra’ (bacalah), dan inilah perintah yang pertama kali Allah turunkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS Al-‘Alaq: 1-5)

Lalu bagaimana kita membaca ayat-ayat Allah? Jawabannya ada pada dua kata: tadabbur dan tafakkur.

Terhadap ayat-ayat qauliyah, kewajiban kita adalah tadabbur, yakni membacanya dan berusaha untuk memahami dan merenungi makna dan kandungannya. Sedangkan terhadap ayat-ayat kauniyah, kewajiban kita adalah tafakkur, yakni memperhatikan, merenungi, dan mempelajarinya dengan seksama. Dan untuk melakukan dua kewajiban tersebut, kita menggunakan akal pikiran dan hati yang telah Allah karuniakan kepada kita.

Mengenai kewajiban tadabbur, Allah memberikan peringatan yang sangat keras kepada orang yang lalai melakukannya. Allah berfirman dalam QS Muhammad ayat 24: “Maka apakah mereka tidak mentadabburi Al Quran ataukah hati mereka terkunci?”

Dan mengenai kewajiban tafakkur, Allah menjadikannya sebagai salah satu sifat orang-orang yang berakal (ulul albab). Dalam QS Ali ‘Imran ayat 190 – 191, Allah berfirman: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka mentafakkuri (memikirkan) tentang penciptaan langit dan bumi (lalu berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia; Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”

Tujuan Membaca Ayat-ayat Allah

Tujuan utama dan pertama kita membaca ayat-ayat Allah adalah agar kita semakin mengenal Allah (ma’rifatullah). Dan ketika kita telah mengenal Allah dengan baik, secara otomatis kita akan semakin takut, semakin beriman, dan semakin bertakwa kepada-Nya. Karena itu, indikasi bahwa kita telah membaca ayat-ayat Allah dengan baik adalah meningkatnya keimanan, ketakwaan, dan rasa takut kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Yang semestinya terjadi pada diri kita setelah kita membaca ayat-ayat qauliyah adalah sebagaimana firman Allah berikut ini: “Dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS Al-Anfal: 2)

Dan yang semestinya terjadi pada diri kita setelah kita membaca ayat-ayat kauniyah adalah sebagaimana firman Allah berikut ini: “Dan mereka mentafakkuri (memikirkan) tentang penciptaan langit dan bumi (lalu berkata): ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia; Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali ‘Imran: 191)

Selanjutnya, kita juga membaca ayat-ayat Allah agar kita memahami sunnah-sunnah Allah (sunnatullah), baik itu sunnah Allah pada manusia dalam bentuk ketentuan syar’i (taqdir syar’i) maupun sunnah Allah pada ciptaan-Nya dalam bentuk ketentuan penciptaan (taqdir kauni).

Dengan memahami ketentuan syar’i, kita bisa menjalani kehidupan ini sesuai dengan syariat yang ia kehendaki, dan dalam hal ini kita bebas untuk memilih untuk taat atau ingkar. Namun, apapun pilihan kita, taat atau ingkar, memiliki konsekuensinya masing-masing.

Adapun dengan memahami ketentuan penciptaan, baik itu mengenai alam maupun sejarah dan ihwal manusia, kita akan mampu memanfaatkan alam dan sarana-sarana kehidupan untuk kemakmuran bumi dan kesejahteraan umat manusia. Dengan pemahaman yang baik mengenai ketentuan tersebut, kita akan mampu mengelola kehidupan tanpa melakukan perusakan. 
Wallahu a’lam bish-shawab.

Pacaran Versi Islam?


Istilah pacaran tidak bisa lepas dari remaja, karena salah satu ciri remaja yang menonjol adalah rasa senang kepada lawan jenis disertai keinginan untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai "naksir" lawan jenisnya. Lalu ia berupaya melakukan pendekatan untuk mendapatkan kesempatan mengungkapkan isi hatinya. Setelah pendekatannya berhasil dan gayung bersambut, lalu keduanya mulai berpacaran.

Pacaran dapat diartikan bermacam-macam, tetapi intinya adalah jalinan cinta antara seorang remaja dengan lawan jenisnya. Praktik pacaran juga bermacam-macam, ada yang sekedar berkirim surat, telepon, menjemput, mengantar atau menemani pergi ke suatu tempat, apel, sampai ada yang layaknya pasangan suami istri.

Di kalangan remaja sekarang ini, pacaran menjadi identitas yang sangat dibanggakan. Biasanya seorang remaja akan bangga dan percaya diri jika sudah memiliki pacar. Sebaliknya remaja yang belum memiliki pacar dianggap kurang gaul. Karena itu, mencari pacar di kalangan remaja tidak saja menjadi kebutuhan biologis tetapi juga menjadi kebutuhan sosiologis. Maka tidak heran, kalau sekarang mayoritas remaja sudah memiliki teman spesial yang disebut "pacar".

Lalu bagaimana pacaran dalam pandangan Islam???Istilah pacaran sebenarnya tidak dikenal dalam Islam. Untuk istilah hubungan percintaan antara laki-laki dan perempuan pranikah, Islam mengenalkan istilah "khitbah (meminang". Ketika seorang laki-laki menyukai seorang perempuan, maka ia harus mengkhitbahnya dengan maksud akan menikahinya pada waktu dekat. Selama masa khitbah, keduanya harus menjaga agar jangan sampai melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Islam, seperti berduaan, memperbincangkan aurat, menyentuh, mencium, memandang dengan nafsu, dan melakukan selayaknya suami istri.

Ada perbedaan yang mencolok antara pacaran dengan khitbah. Pacaran tidak berkaitan dengan perencanaan pernikahan, sedangkan khitbah merupakan tahapan untuk menuju pernikahan. Persamaan keduanya merupakan hubungan percintaan antara dua insan berlainan jenis yang tidak dalam ikatan perkawinan.Dari sisi persamaannya, sebenarnya hampir tidak ada perbedaan antara pacaran dan khitbah. Keduanya akan terkait dengan bagaimana orang mempraktikkannya. Jika selama masa khitbah, pergaulan antara laki-laki dan perempuan melanggar batas-batas yang telah ditentukan Islam, maka itu pun haram. Demikian juga pacaran, jika orang dalam berpacarannya melakukan hal-hal yang dilarang oleh Islam, maka hal itu haram.

Jika seseorang menyatakan cinta pada lawan jenisnya yang tidak dimaksudkan untuk menikahinya saat itu atau dalam waktu dekat, apakah hukumnya haram? Tentu tidak, karena rasa cinta adalah fitrah yang diberikan allah, sebagaimana dalam firman-Nya berikut: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS. Ar-Rum: 21)

bagaimana ? adakah pacaran sesuai syari'at islam? tentu ada, yaitu pacaran setelah pernikahan .

Allah telah menjadikan rasa cinta dalam diri manusia baik pada laki-laki maupun perempuan. Dengan adanya rasa cinta, manusia bisa hidup berpasang-pasangan. Adanya pernikahan tentu harus didahului rasa cinta. Seandainya tidak ada cinta, pasti tidak ada orang yang mau membangun rumah tangga. Seperti halnya hewan, mereka memiliki instink seksualitas tetapi tidak memiliki rasa cinta, sehingga setiap kali bisa berganti pasangan. Hewan tidak membangun rumah tangga.Menyatakan cinta sebagai kejujuran hati tidak bertentangan dengan syariat Islam. Karena tidak ada satu pun ayat atau hadis yang secara eksplisit atau implisit melarangnya. Islam hanya memberikan batasan-batasan antara yang boleh dan yang tidak boleh dalam hubungan laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri.

Di antara batasan-batasan tersebut ialah:

1. Tidak melakukan perbuatan yang dapat mengarahkan kepada zinaAllah SWT berfirman, "Dan janganlah kamu mendekati zina: sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra: 32) Maksud ayat ini, janganlah kamu melakukan perbuatan-perbuatan yang bisa menjerumuskan kamu pada perbuatan zina. Di antara perbuatan tersebut seperti berdua-duaan dengan lawan jenis ditempat yang sepi, bersentuhan termasuk bergandengan tangan, berciuman, dan lain sebagainya.

2. Tidak menyentuh perempuan yang bukan mahramnya Rasulullah SAW bersabda, "Lebih baik memegang besi yang panas daripada memegang atau meraba perempuan yang bukan istrinya (kalau ia tahu akan berat siksaannya). "

3. Tidak berduaan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya Dilarang laki dan perempuan yang bukan mahramnya untuk berdua-duan. Nabi SAW bersabda, "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir,
maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak mahramnya, karena ketiganya adalah setan." (HR. Ahmad)

4. Harus menjaga mata atau pandangan Sebab mata kuncinya hati. Dan pandangan itu pengutus fitnah yang
sering membawa kepada perbuatan zina. Oleh karena itu Allah berfirman, "Katakanlah kepada laki-laki mukmin hendaklah mereka memalingkan pandangan (dari yang haram) dan menjaga kehormatan mereka.....Dan katakanlah kepada kaum wanita hendaklah mereka meredupkan mata mereka dari yang haram dan menjaga kehormatan mereka..." (QS. An-Nur: 30-31) Yang dimaksudkan menundukkan pandangan yaitu menjaga pandangan, tidak melepaskan pandangan begitu saja apalagi memandangi lawan jenis penuh dengan gelora nafsu.

5. Menutup aurat
Diwajibkan kepada kaum wanita untuk menjaga aurat dan dilarang memakai pakaian yang mempertontonkan bentuk tubuhnya, kecuali untuk suaminya. Dalam hadis dikatakan bahwa wanita yang keluar rumah dengan berpakaian yang mempertontonkan lekuk tubuh, memakai minyak wangi yang baunya semerbak, memakai "make up" dan sebagainya setiap langkahnya dikutuk oleh para Malaikat, dan setiap laki-laki yang memandangnya sama dengan berzina dengannya. Di hari kiamat nanti perempuan seperti itu tidak akan mencium baunya surga (apa lagi masuk surga) .

Semoga bermanfaat..!!!

Cara Malaikat Maut Menjemput Ajal Seseorang


Sebagian Para Nabi berkata kepada Malaikat pencabut Nyawa. “Tidakkah Kau memberikan Aba-aba atau peringatan kepada Manusia bahwa kau datang sebagai malaikat pencabut nyawa sehingga mereka akan lebih hati-hati?”

Malaikat itu menjawab. “Demi Allah, aku sudah memberikan aba-aba dan tanda-tandamu yang sangat banyak berupa penyakit, uban, kurang pendengaran, penglihatan mulai tidak jelas (terutama ketika sudah tua). Semua itu adalah peringatan bahwa sebentar lagi aku akan menjemputnya. Apabila setelah datang aba-aba tadi ia tidak segera bertobat dan tidak mempersiapkan bekal yang cukup, maka aku akan serukan kepadanya ketika aku cabut nyawanya: “Bukan kah aku telah memberimu banyak aba-aba dan peringatan bahwa aku sebentar lagi akan datang? Ketahuilah, aku adalah peringatan terakhir, setelah ini tidak akan datang peringatan lainnya “ (HR imam qurthubi)

Beginilah cara kerja Malaikat Maut
Nabi Ibrahim pernah bertanya kepada Malaikat maut yang mempunya dua mata diwajahnya dan dua lagi tengkuknya. “Wahai malaikat pencabut nyawa, apa yang kau lakukan seandainya ada dua orang yang meninggal diwaktu yang sama; yang satu berada di ujung timur yang satu berada diujung barat, serta ditempat lain tersebar penyakit yang mematikan dan dua ekor bintang melata pun akan mati?”

Malaikat pencabut nyawa berkata:” Aku akan panggil ruh-ruh tersebut, dengan izin Allah, sehingga semuanya berada diantara dua jariku, Bumi ini aku bentangkan kemudian aku biarkan seperti sebuah bejana besar dan dapat mengambil yang mana saja sekehendak hatiku “(HR abu Nu’aim)

Ternyata Orang Mati Mendengar Tapi Tidak Bisa Menjawab
Rasullullah SAW memerintahkan agar mayat-mayat orang kafir yang tewas pada perang badar dilemparkan ke sebuah sumur tua. Kemudian beliau mendatanginya dan berdiri di hadapannya. Setelah itu, beliau memanggil nama mereka satu-satu: “Wahai fulan bin fulan, fulan bin fulan, apakah kalian mendapatkan apa yang telah dijanjikan oleh Tuhan kalian untuk kaliab betul-betul ada? Ketahuilah sesungguhnya aku mendapatkan apa yang dijanjikan Tuhanku itu benar-benar ada dan terbukti.”

Umar lalu bertanya kepada Rasulullah. “Wahai Rasul, mengapa engkau mengajak bicara orang-orang yang sudah menjadi mayat?”

Rasulullah menjawab. "Demi Tuhan yang mengutusku dengan kebenaran, kalian memang tidak mendengar jawaban mereka atas apa yang tadi aku ucapkan, Tapi ketahuilah, mereka mendengarnya, hanya saja tidak dapat menjawab” (HR Bukhari Muslim)


1. TANDA 100 HARI SEBELUM HARI MATI
 
Ini adalah tanda pertama dari Alloh SWT kepada hambanya dan hanya akan disadari oleh mereka – mereka yang dikehendaki-Nya. Walau bagaimanapun semua orang Islam akan mendapat tanda ini tergantung pada mereka, sadar atau tidak.
Tanda ini akan terjadi biasanya sesudah waktu Ashar. Seluruh tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki akanmengalami getaran/seakan – akan menggigil. Contoh : Seperti sapi yang baru disembelih, jika diperhatikan dengan teliti, kita akan mendapati seakan – akan daging itu bergetar.
Bagi mereka yang sadar & berdetik di hati ‘mungkin ini adalah tanda kematian, maka getaran ini akan berhenti & hilang setelah kita sadar akan kehadiran tanda ini. Bagi mereka yang tidak diberi kesadaran atau mereka yang hanyut dengan kenikmatan dunia tanpa memikirkan kematian, tanda ini akan lenyap begitu saja tanpa ada manfaat.
Bagi yang sadar akan tanda ini, maka ini adalah peluang terbaik untuk memanfaatkan masa yang ada untuk mempersiapkan diri dengan amalan dan urusan yang akan ditinggalkan sesudah mati.


2. TANDA 40 HARI SEBELUM MATI

Tanda ini juga berlaku sesudah waktu Ashar. Bagian pusat tubuh kita akan berdenyut – denyut. Pada saat ini, daun yang bertuliskan nama kita akan gugur dari pohon yang letaknya di atas Arsy Alloh SWT. Maka malaikat maut akan mengambil daun tersebut & mulai mempersiapkan segala sesuatunya atas kita, diantaranya ia akan mulai mengikuti kita sepanjang hari.
Akan tiba saatnya malaikat maut ini akan memperlihatkan wajahnya sekilas. Jika ini terjadi, mereka yang terpilih akan merasakan seakan – akan bingung seketika. Adapun malaikat maut ini wujudnya hanya seseorang tapi kemampuannya untuk mencabut nyawa adalah bersamaan dengan jumlah nyawa yang akan dicabut.


3. TANDA 7 HARI SEBELUM MATI

Adapun tanda ini akan diberikan hanya kepada mereka yang diuji dengan penyakit/sakit, di mana orang sakit yang jarang mau makan tiba – tiba berselera makan.

 
4. TANDA 3 HARI SEBEBLUM MATI
Pada waktu ini akan terasa denyutan di bagian tengah dahi kita. Jika tanda ini bisa dirasakan, maka berpuasalah kita supaya perut kita tidak mengandung banyak najis & ini akan memudahkan orang yang akan memandikan kita.
Saat ini, bola mata kita tidak akan bersinar lagi & bagi orang yang sakit, bagian hidungnya akan perlahan – lahan jatuh, ini dapat dilihat jika kita melihatnya dari samping. Telinganya akan layu, di bagian ujung – ujungnya akan berangsur – angsur masuk ke dalam. Telapak kakinya yang terjulur akan perlahan – lahan jatuh ke depan & sukar di tegakkan.

 
5. TANDA 1 HARI SEBELUM MATI

Akan datang setelah waktu Ashar. Kita akan merasakan satu denyutan di bagian belakang, yaitu di bagian ubun – ubun, yang menandakan kita tidak akan sempat menemui waktu Ashar hari berikutnya.


6. TANDA AKHIR

Kita akan merasakan satu keadaan sejuk di bagian pusat & hanya akan turun ke pinggang & seterusnya akan naik ke bagian tenggorokan.
Pada waktu ini hendaklah kita terus mengucap kalimat Syahadat & berdiam diri menantikan kedatangan malaikat maut. Sebaiknya bila sudah merasa tanda yang akhir sekali, mengucap dalam diam &jangan lagi bercakap – cakap.
Inilah tanda – tanda akhir dimana maut mulai menjemput kita. Wallaahu’alam, kita semua tidak ada yang tahu, tapi setidaknya kita mempunyai gambaran kapan kematian itu akan segera menjemput. 



NIKMAT DUNIA HANYA SESAAT, INGATLAH HARI PERHITUNGAN AMAL DAN DOSA APA YANG TELA KALIAN PERBUAT SELAMA DIDUNIA.
APAKAH KALIAN BANYAK MENGUMPULKAN PAHALA ATAU DOSA DI DUNIA INI ?


Sumber : Facebook

3/04/2013

Manfaat Buah semangka


Buah semangka adalah salah satu buah yang digemari oleh Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam.  Diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Tirmidzi dari Nabi bahwa beliau pernah makan semangka dicampur dengan kurma muda yang sudah masak, beliau bersabda, “Panas di buah ini dinetralisir oleh unsur dingin di buah ini.”

Buah semangka, atau yang dalam istilah arab disebut dengan biththikh adalah buah multi manfaat. Bahkan bagi penderita asam urat pun tak perlu risau jikalau saja mengerti cara memanfaatkan buah manis yang satu ini.

Dari Ibnu Abbas  secara marfu, “Semangka adalah makanan, minuman dan raihan (tanaman harum), mencuci kandung kencing, membersihkan perut, memperbanyak air punggung, membantu bercampur, mencerahkan kulit dan mengatasi kelemahan.” (Kitab Ath-Thibbun Nabawi)

Ya, kenyataannya manfaat buah semangka bagi penderita asam urat bukan hanya sekedar isapan jempol belaka. Penelitian terbaru terhadap warga di Dupak Bangunsari, Surabaya yang dipublikasikan oleh laman STIKES YARSIS, menunjukkan bahwa jus semangka memberi pengaruh terhadap penurunan kadar asam urat pada sejumlah lansia yang mengalami hiperurisemia (kadar asam urat tinggi).

Penelitian dilakukan pada 16 orang sampel dan dari kelompok tersebut dibagi menjadi dua golongan terpisah (kelompok kontrol dan eksperimen). Kadar rata-rata asam urat sebelum pemberian terapi jus semangka diketahui pada kelompok eksperimen 8,9 mg/dl, sedangkan kelompok kontrol 8,8 mg/dl.
Sementara setelah pemberian terapi jus semangka rata-rata kadar asam urat pada kelompok eksperimen menjadi 5,5 mg/dl, sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata kadar asam urat menjadi 8,7 mg/dl.




Bagaimana cara membuat jus buah semangka?

Imam Ibnu Qoyyim menegaskan bahwasannya yang perlu diperhatikan adalah buah semangka dikonsumsi sebelum makan. Sementara menurut Imam Dzhahabi efek negatif yang kadang timbul ketika mengkonsumsi buah semangka dapat dinetralisir dengan mengkonsumsi jahe.

Dalam memilih semangka kiranya juga dapat mengutip perkataan Abu Mishar al-Ghassani. “Ayahku apabila membeli semangka suka berkata, wahai anakku hitunglah garis yang ada di dalamnya, jika satu maka dia diciptakan untuk menjadi manis.” (Kitab Thibbun Nabawi)

Sementara untuk membuat jus semangka yang pertama dilakukan adalah dengan menyiapkan buah semangka segar secukupnya. Buah semangka memiliki kandungan air hingga 93 persen, maka semangka tidak membutuhkan tambahan air ketika dibuat jus. Sementara memberi es atau susu pada jus hanya akan memperlambat atau memperpanjang waktu cerna.

Sebelum dijus kulit terluar semangka dikupas tanpa melepaskan bagian daging semangka yang berwarna hijau. Semangka lalu dipotong kecil-kecil hingga memungkinkan mudah untuk diblender. Apabila tidak ada blender dapat juga diparut dengan terlebih dahulu bijinya dibuang. Jika menggunakan juicer biji semangka dapat juga disertakan. Jika ingin, jus semangka dapat ditambahkan beberapa sendok perasan sari lemon agar komposisinya lebih seimbang.

Setelah semangka diblender halus, maka jus dapat diminum satu gelas setidaknya setengah jam sebelum makan pada pagi dan malam hari. Jus semangka dapat diminum untuk menunjang terapi thibbun nabawi lainnya hingga asam urat sembuh. Selamat mencoba!

Al-Quran dan Besi

gambar batu meteorit yang mengandung besi


Besi merupakan salah satu unsru kimia yang memiliki kode Fe-57.
Di dalam Alqur'an (jauh sebelum unsur tersebut ditemukan ahli, sudah tertera secara jelas di dalam Surat Al Hadid (besi) yang merupakan surat ke 57 dari AL Qur'an. Berikut ini rahasianya:

Elemen Berat Besi, Fe-57

Kita tidak mungkin menafsirkan Surat Besi tanpa "membedah" elemen kimia besi berikut karakterisistiknya, yang berhubungan dengan kata al- hadid. Tanpa mengenal sifat¬sifat besi, kita tidak akan mengetahui "keindahan" Surat Besi ini, yang diletakkan pada nomor 57.

Nilai kata atau al-jumal al-hadid adalah 57. Terdiri dari 'al' (31) dan 'hadid' (26).
Alif = 1, Lam = 30, Ha' = 8, Dal= 4, Ya' = 10, Dal = 41 + 30 + 8 + 4 +
10 + 4 = 31 + 26 = 57.

Dalam Alquran surat Al Hadiid ayat 25 menjelaskan bahwa Allah menurunkan besi yang memiliki kekuatan hebat dan memiliki banyak manfaat bagi manusia.

"Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Alkitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami turunkan (anzalnaa) besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya, padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa."

Dalam ayat ini, kata "anzalnaa" memiliki arti "kami turunkan" digunakan untuk menunjuk besi. Apabila diartikan secara kiasan kata “anzalnaa” menjelaskan bahwa besi diciptakan untuk memberi manfaat bagi manusia.

Apabila mengartikan kata itu secara harfiah, yakni "secara bendawi diturunkan dari langit", maka diperoleh arti bahwa besi diturunkan dari langit. Beberapa ilmuwan telah berhasil membuktikan kebenaran ayat itu. Partikel besi tidak berasal dari bumi melainkan berasal dari benda-benda luar angkasa.

Paling tidak, terdapat sembilan ayat dalam Alquran yang membahas dan menjelaskan tentang besi. Salah satunya, "Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya)." (QS An-Nahl: ayat 81)

Dari makhluk terkecil hingga makhluk terbesar semuanya bertasbih memuji Allah

Allah telah menunjukkan kepada kita semua terlalu banyak bukti tentang kewujudannya termasuklah Nama-nama Allah pada bermacam makhluk. Kebanyakan bukti tersebut hanya dapat dilihat dengan menggunakan akal yang dianugerahkan terhadap ciptaanNya yang terbaik iaitu manusia.

Dari alam mikro hinggalah ke alam makro, daripada sekecil-sekecil makhluk iaitu ATOM, hingga sebesar-besar makhluk seperti matahari dan bintang-bintang lain yang lebih besar seperti Sirius, Pollux, Arturus, Rigel, Aldebaran, Betelgeuse, Antares dan sebagainya, semuanya membuktikan kewujudan Allah dan bertasbih memujiNya.

"Segala yang ada di langit dan di bumi tetap mengucap tasbih kepada Allah; dan Dia lah Yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana." Surah Al Hadid : Ayat 1

Konsep ATOM, di mana Elektron mengelilingi Nukleus (Proton dan Neutron) adalah sama dengan konsep planet-planet mengelilingi matahari dalam sistem suria (Solar System) kita, begitu juga dengan sistem suria kita pula beredar mengelilingi Galaksi Bima Sakti (Milky Way Galaxy) dan begitulah seterusnya. Sungguh amat luas alam semesta ini, tiada siapa yang dapat menjangkaunya melainkan Allah SWT.

Bagaimana semua itu dapat beredar di dalam lintasan dengan indah sekali, tanpa lari dari garisan orbitnya dan melenceng ke arah lain? Sudah tentu lah ada yang mengawalnya.

Konsep ATOM, planet-planet dan sistem surya tadi sama lah konsepnya dengan umat Islam tawaf di Ka'bah di Kota Mekah Al Mukarramah. Umat Islam tawaf mengelilingi Ka'bah sambil memuji-muji Allah , maka begitu juga lah Atom, planet-planet dan sistem surya tadi, semuanya beredar di atas lintasan (tawaf) sambil memuji-muji Allah. Dan ketahuilah, tiada tempat di dunia ini yang selama 24 jam sehari dipenuhi orang tawaf tanpa henti bergilir-gilir begitu, Subhanallah. Begitu juga dengan ADZAN yang dikumandangkan apabila masuk waktu sholat, sentiasa berkesinambungan tanpa henti dari satu tempat ke satu tempat di seluruh dunia ini mengikut waktu-waktunya. Dengan kata lain, ADZAN itu diibaratkan bunyi yangmembesarkan Allah yang tawaf mengelilingi Bumi tanpa henti, masyaallah.
 
 
Maka sekaligus sains sendiri telah membuktikan kebenaran ayat-ayat dalam Al-Qur'an tersebut. Sesungguhnya segala makhluk di dunia ini bertasbih memuji Allah, hanya kita saja yang tidak tahu bahasa mereka. Dan yang lagi sedihnya, hanya MANUSIA saja yang sebagian besar tidak memuji Allah, terutamanya orang-orang yang tidak beriman.


"Langit yang tujuh dan bumi serta sekalian makhluk yang ada padanya, sentiasa mengucap tasbih bagi Allah; dan tiada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memujiNya; akan tetapi kamu tidak faham akan tasbih mereka. Sesungguhnya Ia adalah Maha Penyabar, lagi Maha Pengampun." Surah Al Israa' : Ayat 44
 
 
Ka'bah letaknya bersetentangan / selaras dengan masjid para malaikat di langit yaitu Baitul Ma'mur. Maka umat Islam bukan mengelilingi Ka'bah kerana menyembah Ka'bah , tetapi penyatuan hati menuju kepada ALLAH. Mengadap ke arah Ka'bah hanya lah mengadap kiblat, yang mana kiblat itu secara terus menuju kepada Allah SWT.
 
Walau bagaimana pun manusia sendiri tidak sadar betapa tubuh mereka sendiri sebenarnya BERTASBIH memuji Allah. Mengapa? Kerana setiap makhluk termasuk manusia terdiri dari susunan ATOM. Gabungan dari ATOM-ATOM lah yang membentuk berbagai makhluk termasuk kita manusia. Bermakna ATOM-ATOM pada tubuh kita sentiasa bergetaran , tetapi pada ukuran yang sangat halus yang kita tidak nampak dengan mata kasar.

Elektron senantiasa mengelilingi Nukleus di dalam ATOM, dan dengan inilah dasar bahwa mereka itu tawaf (berkeliling) sambil memuji-muji Allah SWT.




Begitu juga dengan kicauan dan siulan burung, ombak menghempas pantai, bunyi deruman air terjun, suara-suara serangga dan sebagainya, tidakkah semua itu menenangkan jiwa jika mendengarnya? Itulah karena mereka semua itu sedang berzikir (zikrullah), bertasbih memuji Allah, kerana itu jika kita mendengarnya maka jiwa kita pun turut merasa ketenangannya insyaAllah.


"(Iaitu) orang-orang yang beriman dan tenang tenteram hati mereka dengan zikrullah (ingat Allah)”. Ketahuilah dengan “zikrullah” itu, tenang tenteramlah hati manusia." Surah Ar Ra'd : Ayat 28

"Segala yang ada di langit dan di bumi tetap mengucap tasbih kepada Allah; dan Dia lah Yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana." Surah Al Hasyr : Ayat 1

"Segala yang ada di langit dan yang ada di bumi sentiasa mengucap tasbih kepada Allah Yang Menguasai (sekalian alam), Yang Maha Suci, Yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana." Surah Al Jumu'ah : Ayat 1

"Tidakkah engkau mengetahui bahawasanya Allah (Yang Maha Esa dan Maha Kuasa), sentiasa bertasbih kepadaNya sekalian makhluk yang ada di langit dan di bumi serta burung-burung yang terbang berbaris di angkasa? Masing-masing sedia mengetahui (menurut keadaan semulajadinya) akan cara mengerjakan ibadatnya kepada Allah dan memujiNya; dan Allah Maha Mengetahui akan apa yang mereka lakukan." Surah An Nuur : Ayat 41

Sehinggakan guruh dan petir juga adalah memuji Allah;  "Dan Dia lah juga yang guruh dan malaikat bertasbih memujiNya, kerana takut kepadaNya. Dan Dia lah juga yang menghantarkan petir, lalu Ia mengenakan dengan panahannya kepada sesiapa yang dikehendakinya Dan mereka yang ingkar itu membantah (serta mendustakan Rasul) mengenai perkara yang berhubung dengan Allah (dan kuat kuasaNya) Padahal Ia Amat keras azab seksanya." Surah Ar Ra'd : Ayat 13

Dan banyak lagi ayat AlQuran yang menyebut tentang segala makhluk bertasbih memuji Allah. Maka adakah kamu masih tidak mau bertasbih memuji Allah dan masih memuji makhluk2 lain? Bukti telah jelas diberikan baik secara rohani maupun saintifik, adakah kamu masih ragu-ragu?

"Sesungguhnya yang sebenar-benar beriman kepada ayat-ayat keterangan Kami hanyalah orang-orang yang apabila diberi peringatan dan pengajaran dengan ayat-ayat itu, mereka segera merebahkan diri sambil sujud (menandakan taat patuh), dan menggerakkan lidah dengan bertasbih serta memuji Tuhan mereka, dan mereka pula tidak bersikap sombong takbur." Surah As Sajdah : Ayat 15

Semoga kita kembali mentauhidkan Allah dengan sebenar-benarnya. Cintai Allah, cintai Rasul, cintai kedua orang tua, sayangi manusia dan segala makhluk Allah SWT.

Rahasia dibalik Tubuh Manusia

Allah SWT Yang Maha Besar lagi Maha Bijaksana telah mencipta manusia sebagai sebaik-baik ciptaan. Dan di sebalik ciptaan ini, tersimpan banyak rahsia dan hikmah yang tidak diketahui manusia. Rahsia-rahsia yang akan dipaparkan di bawah ini pun hanyalah sebahagian kecil saja darinya. Yang Maha Mengetahui segala rahsia hanyalah Allah Ta'ala.

Sebenarnya, banyak anggota tubuh kita terukir simbol dan tulisan arab, dan lebih tepat lagi, ada nama Allah dan simbol-simbol yang berkaitan dengan Islam padanya. Mengapa tangan kita ada lima jari? Mengapa batang leher kita dijadikan tegak oleh Allah? Mengapakah dalam solat mengandungi perbuatan berdiri tegak, rukuk, sujud dan duduk antara dua sujud?  

Inilah tanda-tanda kekuasaan Allah pada diri manusia yang jarang disadari.

Nama Allah pada 5 jari tangan

Sesungguhnya Allah, Tuhan yang Maha Agung lagi Maha Bijaksana, Dia telah menunjukkan keagungan-Nya melalui penciptaan lima jari manusia, yang melambangkan huruf-huruf : Alif, Lam, Lam dan Ha yang membentuk kalimah Allah dalam perkataan dan tulisan Arab, seperti dalam gambar di bawah.
 
 
Bilangan nama-nama Allah pada tapak tangan

Jika kita balikkan pula tangan, dan melihat ke telapaknya, maka di situ kita akan lihat urat-urat yang akan membentuk tulisan nombor dalam Bahasa Arab. Nombornya ialah 81 di telapak tangan kiri dan 18 di telapak tangan kanan. Jika dicampur kedua nombor tersebut, jumlahnya ialah 99. 

Dan adalah nombor 99 itu adalah simbolik kepada 99 nama Allah, yang dipanggil sebagai Asma-ul Husna (Nama-nama yang baik).

 
Jari tangan manusia yang normal ada 5. Begitulah simboliknya kepada solat wajib yang Muslim mesti tunaikan dalam sehari iaitu solat 5 waktu yang terdiri dari Solat Subuh, Zohor, Asar, Maghrib dan Isyak.
 
Saluran udara pada paru-paru membentuk kalimah Tauhid

Ahli sains telah menemui bahawa saluran-saluran udara di dalam paru-paru manusia membentuk kalimah 'La ilaha illallah' (Tiada Tuhan melainkan Allah) dalam tulisan Arab. Lihat gambar di bawah, bentuk saluran udara itu betul-betul jelas mengeja kalimah Tauhid itu.
 
 
 
Perbuatan-perbuatan dalam solat adalah simbol bagi nama Nabi

Berdiri lurus dalam solat melambangkan huruf Alif (ا), ruku' melambangkan huruf Ha (ح), sujud melambangkan huruf Mim (م), dan duduk (د) melambangkan huruf Dal. Ia akhirnya membentuk perkataan Ahmad dalam tulisan Arab, nama Nabi Terakhir yang membawa Perjanjian Terakhir.
 
 
احمد  =  Ø§ + Ø­ + Ù… + د  =  Ahmad
 
Ketahuilah bahwa Ahmad ialah salah satu nama lain bagi Nabi Muhammad s.a.w. Dan mengikut sejarah, ibunya Aminah mahu namakan anaknya itu dengan nama Ahmad, tetapi kemudian datuknya Abdul Mutalib memberikannya nama Muhammad.

Walaubagaimana pun, Ahmad dan Muhammad di dalam bahasa Arab maksudnya sama saja, iaitu 'Yang Terpuji'.

"Dan (ingatlah) ketika Isa putera Maryam berkata: "Hai bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, iaitu Taurat dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)" ...... " (Surah As-Shaaf : Ayat 6)

 
Otak manusia dalam keadaan seperti orang sujud dalam sholat

Bentuk otak manusia pun jika diperhatikan dengan teliti akan kelihatan seperti orang yang sedang sujud. Bersesuaian sekali kerana otak berada di dalam tempurung kepala yang digunakan untuk sujud.

Otak berada di bahagian paling atas manusia, tetapi apabila kita sujud, ia berada di tempat paling rendah, menandakan pengabdian kita pada Yang Menciptakan kita. Maka mengapa masih ada manusia yang sombong dan angkuh tidak mahu SUJUD kepada Tuhan yang mencipta kita?
 
Otak manusia pun dalam keadaan seperti orang sujud
 
"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahawa Al-Qur'an itu benar, dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahawa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?"  (Surah Fusshilat : Ayat 53)


Nama Allah ketika angkat jari telunjuk pada duduk tasyahhud dalam solat

Pada duduk tahiyyat akhir dalam solat, adalah sunat kita mengangkat jari telunjuk ketika membaca kalimah syahadah. Jari telunjuk diangkat menandakan Tuhan yang Esa.  Dan perhatikan dalam gambar di bawah, pada urat-urat jari itu akan membentuk kalimah Allah dalam Bahasa Arab, subhanAllah.
 
 
 
 
"Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh) mu seimbang, dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu." (Surah Al Infithaar : Ayat 6-8)

Ada keseimbangan (balance) pada perkataan Allah dan Muhammad dalam Bahasa Arab. Begitu juga dengan kalimah Tauhid.  Sila lihat di bawah;

الله  
= 4 huruf, iaitu Alif lam lam ha'

محمد
= 4 huruf , mim haa' mim dal


لا إله إلا الله
= 12 huruf

محمد رسول الله
= 12 huruf
 
 
Sungguh besar manfaat bagi umatnya yang mau membuka wawasannya tentang kekuasaan Allah.

Saintis percaya atmosfera dan lautan di bumi berasal dari luar angkasa


Atmosfera bumi dan lautan yang memunculkan kehidupan berasal dari angkasa luar mungkin dibawa di belakang meteorit atau komet, para saintis sekarang percaya.

Sebelumnya orang menganggap bahawa gas dan mineral yang terkunci jauh di dalam kerak bumi dan hanya dikeluarkan melalui letusan gunung berapi yang besar.

Tapi sekarang para penyelidik telah membuktikan bahawa mereka pasti berasal dari luar angkasa berbillion tahun selepas Bumi terbentuk pertama kali.

Dr Greg Holland, dari University of Manchester, berkata: "Kami menemui tanda Meteor yang jelas dalam gas gunung berapi. Dari sekarang kita tahu gas-gas gunung berapi tidak boleh memberikan sumbangan signifikan dalam perjalanan ke atmosfera bumi.

"Atmosfera dan lautan pasti berasal dari tempat lain - mungkin daripada pengeboman yang terlambat gas dan air bahan kaya mirip dengan komet."

Dr Holland dan rakan-rakannya, yang mana hasil penemuan mereka diterbitkan dalam Science, telah menguji gas gunung berapi untuk mengungkap bukti baru.

Mereka mendapati bahawa mereka mempunyai tanda yang berpadanan dengan Meteor tersebut daripada bahagian dalam Bumi.

Teknik-teknik itu membolehkan para penyelidik jumlah kecil gas gunung berapi Krypton dan Xenon yang mendedahkan tanda kimia yang berpadanan dengan meteorit.

Tidak lama selepas ia terbentuk, teras bumi dilitupi oleh lautan magma. Pengeboman yang kuat oleh Meteor tersebut digabungkan dengan teras panas untuk menukar batu menjadi gas.

Dalam beberapa juta tahun, tebal, suasana padat terbentuk, meskipun sebahagian besar itu mungkin diusir oleh kesan gergasi yang menghasilkan bulan pada 4.4 billion tahun lepas.

Profesor Chris Ballentine dari University of Manchester, pengarah projek, berkata: "Ramai orang telah melihat hasil karya artis tentang bumi purba dengan gunung berapi besar di latar belakang memuntahkan gas untuk membentuk atmosfera.


AlQuran dan Sains


"Sesungguhnya pada kejadian langit dan bumi; dan pertukaran malam dan siang; dan kapal-kapal yang belayar di laut dengan membawa benda-benda yang bermanfaat kepada manusia; demikian juga air hujan yang Allah turunkan dari langit lalu Allah hidupkan dengannya tumbuh-tumbuhan di bumi sesudah matinya, serta ia biakkan padanya dari berbagai-bagai jenis binatang; demikian juga peredaran angin dan awan yang tunduk (kepada Kuasa Allah) terapung-apung di antara langit Dengan bumi; Sesungguhnya ada tanda-tanda bagi kaum yang menggunakan akal fikiran." AlQuran - Surah Al-Baqarah : 164

"Dan tiadalah Kami menciptakan langit dan bumi serta segala yang ada di antara keduanya sebagai ciptaan yang tidak mengandungi Hikmah dan keadilan; yang demikian adalah sangkaan orang-orang yang kafir! maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang kafir itu dari azab neraka." AlQuran - Surah Saad : 27

"Dan tidakkah orang-orang kafir itu memikirkan dan mempercayai bahawa sesungguhnya langit dan bumi itu pada asal mulanya bercantum, lalu Kami pisahkan antara keduanya? dan Kami jadikan dari air, tiap-tiap benda yang hidup? maka mengapa mereka tidak mahu beriman?" AlQuran - Surah Al-Anbiya ' : 30

"Dan langit itu Kami dirikan Dengan kekuasaan Kami. dan Sesungguhnya Kami adalah mempunyai kekuasaan yang Luas tidak terhingga." AlQuran - Surah Az-Zariyat : 47

"Tuhan yang Menguasai pemerintahan langit dan bumi, dan yang tidak mempunyai anak, serta tidak mempunyai sebarang sekutu Dalam pemerintahanNya; dan Dia lah yang menciptakan tiap-tiap sesuatu lalu menentukan keadaan makhluk-makhluk itu Dengan ketentuan takdir yang sempurna." AlQuran - Surah Al-Furqan : 2

"Dan di antara tanda-tanda yang membuktikan keluasan ilmunya dan kekuasaanNya, ialah terdirinya langit dan bumi dengan perintah dan penentuan takdirNya; akhirnya apabila ia menyeru kamu dengan satu seruan (supaya kamu bangkit hidup semula) dari bumi, kamu dengan serta merta keluar (dari kubur masing-masing)." AlQuran Surah Ar-Rum : 25

AlQuran dan Sains: Penjelasan mengenai kematian

 
Kematian sebagai salah satu dari fenomena kehidupan yang biasa dilihat di tengah-tengah kita, telah menjadikan para ahli biologi 'bingung'. Mereka dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi tingkat tinggi telah berusaha untuk menemui hakikat tentang kematian ini.
Namun kematian tetap saja, menjadi sebuah misteri, sangat sulit untuk difahami apalagi dihindari. Kemampuan manusia tidak akan dapat mengetahui hakikatnya, kerana keterbatasan kemampuan, sesuai yang diberikan Allah SWT.
Pada masa silam, manusia umumnya meyakini bahawa kematian merupakan fenomena umum yang terjadi dan berhubungan dengan tubuh manusia, di mana tubuhnya mengalami suatu proses kehilangan fungsi kehidupannya. Namun dengan kemajuan ilmu biologi, mereka mendapati kesimpulan bahawa kematian, ternyata melancarkan serangan yang menyebabkan sel-sel tubuh mati dan kehilangan fungsinya.
Kematian sel-sel ini dimulai dengan kerosakan dan kematian zat-zat yang terdapat dalam sel, akibat serangan mikroba dari luar tubuh sel, yang tidak dapat dilawan oleh antibodi yang dimilikinya. Dalam keadaan ini, kematian mengakibatkan perubahan yang terjadi pada fungsi dan kemampuan struktural yang dimiliki sel-sel hidup yang terdapat pada tubuh. Perubahan ini dapat langsung dirasakan oleh sel-sel tubuh yang mengakibatkan kematiannya. Dari sini, kita dapat mengatakan bahawa sel hidup yang terdapat dalam tubuh kita dapat merasakan ‘kematian’ ini.
Hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah s.w.t dalam AlQuran yang terdapat pada surah Ali Imran ayat 185 yang berbunyi: "Tiap-tiap yang berjiwa (hidup) pasti akan merasai mati."
Ungkapan AlQuran yang menggabungkan makna dari kata ‘nafsun’ dengan makna dari kata ‘dza-iqotul maut’, menggambarkan hubungan antara apa yang dirasakan oleh 'nafsun' tersebut dengan ‘kematian’. Dan cara pengungkapan yang memilih penggunaan kata subjek ‘dzaa-iq’ yang berasal dari kata 'dzaaqa', dan tidak menggunakan kata subjek ‘mutadzawwiq’ yang berasal dari kata 'tadzawwaqa' menggambarkan bahawa kematian pada mulanya, menimpa bahagian dalam sel-sel tubuh, bukan bahagian luarnya. Hal ini sesuai dengan apa yang kita dapatkan dari hasil analisa sel yang membuktikan terdapatnya seperti ‘kesiapan sel untuk mati’ atau apa yang dapat kita sebut sebagai ‘batasan waktu kematian’ (al-miiqaat az-zamani lil maut).
Di mana, sejak terciptanya suatu gen dari suatu sel tertentu, sesungguhnya setiap sel telah memiliki sketsa yang mengatur kehidupan dan fungsinya, serta batasan waktu berakhirnya fungsi sel tersebut atau kematiannya. Sebagai buktinya, adalah kematian sebahagian sel tubuh sebelum datangnya serangan mikroba yang menyebabkan kematiannya.
Hal ini sebagaimana isyarat yang diberikan AlQuran dalam surah Yunus ayat 49. Allah s.w.t berfirman: "Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah. Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukan(nya)."
Tentang waktu tertentu bagi kematian sel-sel hidup, juga dijelaskan dalam surah ar-Ra’d ayat 38. Allah s.w.t berfirman: "Bagi tiap-tiap masa ada Kitab (yang tertentu)."
Kemudian, penelitian ilmiah telah membuktikan bahawa kematian kadang-kadang datang secara tiba-tiba tanpa didahului proses perubahan biologi.
Mengenai hal ini, jika kita mahu melihat ke dalam AlQuran, maka kita akan mendapatkan petunjuk mengenai kematian yang datang dengan tiba-tiba, iaitu pada surah Al-Baqarah ayat 259, yang menceritakan tentang peristiwa yang terjadi pada seseorang hamba Allah yang soleh. 
Allah SWT berfirman: "Atau apakah (kamu tidak memerhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. 
Dia berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: "Berapa lama kamu tinggal di sini?" Dia menjawab: "Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari." Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah; dan lihatlah kepada keldai kamu (yang telah menjadi tulang-belulang);
Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang-belulang keldai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali kemudian Kami membalutnya dengan daging." Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) dia pun berkata: "Saya yakin bahawa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."



Pengungkapan AlQuran dengan menggunakan huruf ‘fa’ dalam firman-Nya: "Fa amaatahullah" yang artinya: "Maka Allah mematikan orang itu", menggambarkan kejadian maut yang tiba-tiba yang menyebabkan terhentinya kehidupan di bahagian dalam sel-sel tubuh. 
Namun kematian sel-sel ini, tidak bererti hancurnya sel-sel tersebut, kerana melalui proses pemeliharaan (pembekuan) sel-sel ini, kehancurannya dapat dihindari. Sebagaimana yang diisyaratkan oleh bahagian ayat di atas iaitu: "Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari."
Dugaan di atas (dari hamba yang soleh itu) yang menyatakan bahawa dirinya telah tinggal di negeri itu sehari atau setengah hari, didasarkan pada apa yang dilihatnya dari keadaan tubuhnya yang belum berubah dan tidak adanya kerosakan pada sel atau organ tubuhnya.
Hal ini menjelaskan bahawa sel-sel tubuh meskipun telah mati, boleh tetap dijaga sesuai keadaannya semula, jika dihindarkan dari sebab-sebab yang boleh mengakibatkan kehancurannya (misalnya, diawet). Dan proses ini, pada masa sekarang, boleh dilakukan oleh para ilmuwan dengan bantuan sains dan teknologi di bidang biologi yang telah berkembang pesat.
Sumber : Republika.co

Ilmuwan Berhasil Menemukan Letak Terompet Malaikat Isrofil

 Sekitar tahun 2005 silam sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh Prof. Frank Steiner dari Universitas Ulm, Jerman melakukan observasi terhadap alam semesta untuk menemukan bentuk sebenarnya dari alam semesta raya ini sebab prediksi yang umum selama ini mengatakan bahwa alam semesta berbentuk bulat bundar atau prediksi lain menyebutkan bentuknya datar saja. Dengan menggunakan sebuah peralatan canggih milik NASA yang bernama “Wilkinson Microwave Anisotropy Prob” (WMAP), mereka mendapatkan sebuah kesimpulan yang sangat mencengangkan karena menurut hasil penelitian tersebut alam semesta ini ternyata berbentuk seperti terompet..!!
Di mana pada bagian ujung belakang wilayah “terompet” alam semesta itu merupakan alam semesta yang tidak bisa diamati (unobservable), sedang bagian depan, di mana bumi dan seluruh sistem tata surya berada merupakan alam semesta yang masih mungkin untuk diamati (observable)
Bentuk Alam Semesta
Di dalam kitab Tanbihul Ghofilin Jilid 1 hal. 60 ada sebuah hadits panjang yang menceritakan tentang kejadian kiamat yang pada bagian awalnya sangat menarik untuk dicermati.

Abu Hurairah ra berkata :

Rasulullah saw bersabda :“Ketika Allah telah selesai menjadikan langit dan bumi, Allah menjadikan sangkakala (terompet) dan diserahkan kepada malaikat Isrofil, kemudian ia letakkan dimulutnya sambil melihat ke Arsy (Singgasana kekuasaan) menantikan bilakah ia diperintah”.

Saya bertanya : “Ya Rasulullah apakah sangkakala itu?”
Jawab Rasulullah : “Bagaikan tanduk dari cahaya.”
Saya tanya : “Bagaimana besarnya?”
Jawab Rasulullah : “Sangat besar bulatannya, demi Allah yang mengutusku sebagai Nabi, besar bulatannya itu seluas langit dan bumi, dan akan ditiup hingga tiga kali.

Tiupan pertama : Nafkhatul faza’ (untuk menakutkan).
Tiupan kedua : Nafkhatus sa’aq (untuk mematikan).
Tiupan ketiga: Nafkhatul ba’ats (untuk menghidupkan kembali atau membangkitkan).”


Dalam hadits di atas disebutkan bahwa sangkakala atau terompet malaikat Isrofil itu bentuknya seperti tanduk dan terbuat dari cahaya.

Ukuran bulatannya seluas langit dan bumi. Bentuknya laksana tanduk mengingatkan kita pada terompet orang–orang jaman dahulu yang terbuat dari tanduk.
  
 Kalimat seluas langit dan bumi dapat dipahami sebagai ukuran yang meliputi/mencakup seluruh wilayah langit (sebagai lambang alam tak nyata/ghoib) dan bumi (sebagai lambang alam nyata/syahadah).

Atau dengan kata lain, bulatan terompet malaikat Isrofil itu melingkar membentang dari alam nyata hingga alam ghoib.

Jika keshohihan hadits di atas bisa dibuktikan dan data yang diperoleh lewat WMAP akurat dan bisa dipertanggungjawabkan maka bisa dipastikan bahwa kita ini bagaikan rama-rama (kupu-kupu) yang hidup di tengah-tengah kaldera gunung berapi paling aktif yang siap meletus kapan saja.

Satu lagi contoh dari banyaknya bukti tentang kebenaran Kitab Suci akhirnya terkuak. Contohnya seperti dalam Al-Qur’an yang menyebutkan bahwa janin berkembang dengan tiga fase, yang akhirnya menjadi patokan bidang kedokteran di seluruh dunia.

Juga, bahwa matahari dan semua benda langit bergerak tanpa kecuali yang pada masa dahulu disangkal oleh para ilmuwan ternyata juga ada di dalam Al-Qur’an dan masih banyak kebenaran lainnya yang manusia belum dapat menguaknya.

Perlu diketahui pula bahwa Nabi Muhammad bukanlah seorang saintis apalagi seorang astronomis, namun itu semua sudah ada di kitab yang berusia lebih dari 1.400 tahun yang lalu.

Bukti yang tadinya untuk akal manusia saja masih merupakan misteri. Kenapa dan apa yang dimaksud dengan terompet (sangkakala) malaikat Isrofil itu?

Dan Allah telah mengabarkan kedahsyatan terompet malaikat Isrofil itu dalam surah An Naml ayat 87 :

“Dan pada hari ketika terompet di tiup, maka terkejutlah semua yang di langit dan semua yang di bumi kecuali mereka yang di kehendaki Allah. Dan mereka semua datang menghadapNya dengan merendahkan diri.” (An Naml 87)

Makhluk langit saja bisa terkejut apalagi makhluk bumi yang notabene jauh lebih lemah dan lebih kecil. Pada sambungan hadits di atas ada sedikit preview tentang seperti apa keterkejutan dan ketakutan makhluk bumi kelak.

“Pada saat tergoncangnya bumi, manusia bagaikan orang mabuk sehingga ibu yang mengandung gugur kandungannya, yang menyusui lupa pada bayinya, anak-anak jadi beruban dan setan-setan berlarian.”

Ada sebuah pertanyaan yang menggelitik, jika terompetnya saja sebesar itu, bagaimana dengan peniupnya dan bagaimana pula Sang Pencipta keduanya?

Maha Besar dan Maha Benar Allah SWT dengan segala firmanNya.



Fakta Besar Tentang KA'BAH Yang Coba Di Sembunyikan Dunia Part. 2

Makkah Pusat Bumi
Prof. Hussain Kamel menemukan suatu fakta mengejutkan bahwa Makkah adalah pusat bumi. Pada mulanya ia meneliti suatu cara untuk menentukan arah kiblat di kota-kota besar di dunia.
Untuk tujuan ini, ia menarik garis-garis pada peta, dan sesudah itu ia mengamati dengan seksama posisi ketujuh benua terhadap Makkah dan jarak masing-masing. Ia memulai untuk menggambar garis-garis sejajar hanya untuk memudahkan proyeksi garis bujur dan garis lintang.



Setelah dua tahun dari pekerjaan yang sulit dan berat itu, ia terbantu oleh program-program komputer untuk menentukan jarak-jarak yang benar dan variasi-variasi yang berbeda, serta banyak hal lainnya. Ia kagum dengan apa yang ditemukan, bahwa Makkah merupakan pusat bumi.



Ia menyadari kemungkinan menggambar suatu lingkaran dengan Makkah sebagai titik pusatnya, dan garis luar lingkaran itu adalah benua-benuanya. Dan pada waktu yang sama, ia bergerak bersamaan dengan keliling luar benua-benua tersebut. (Majalah al-Arabiyyah, edisi 237, Agustus 1978).
Gambar-gambar Satelit, yang muncul kemudian pada tahun 90-an, menekankan hasil yang sama ketika studi-studi lebih lanjut mengarah kepada topografi lapisan-lapisan bumi dan geografi waktu daratan itu diciptakan.

Telah menjadi teori yang mapan secara ilmiah bahwa lempengan-lempengan bumi terbentuk selama usia geologi yang panjang, bergerak secara teratur di sekitar lempengan Arab. Lempengan-lempengan ini terus menerus memusat ke arah itu seolah-olah menunjuk ke Makkah.

Studi ilmiah ini dilaksanakan untuk tujuan yang berbeda, bukan dimaksud untuk membuktikan bahwa Makkah adalah pusat dari bumi. Bagaimanapun, studi ini diterbitkan di dalam banyak majalah sain di Barat.
 
Allah berfirman di dalam al-Qur’an al-Karim sebagai berikut:
‘Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Qur’an dalam bahasa Arab supaya kamu memberi peringatan kepada Ummul Qura (penduduk Makkah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya..’ (asy-Syura: 7)
 
Kata ‘Ummul Qura’ berarti induk bagi kota-kota lain, dan kota-kota di sekelilingnya menunjukkan Makkah adalah pusat bagi kota-kota lain, dan yang lain hanyalah berada di sekelilingnya. Lebih dari itu, kata ummu (ibu) mempunyai arti yang penting di dalam kultur Islam.
Sebagaimana seorang ibu adalah sumber dari keturunan, maka Makkah juga merupakan sumber dari semua negeri lain, sebagaimana dijelaskan pada awal kajian ini. Selain itu, kata ‘ibu’ memberi Makkah keunggulan di atas semua kota lain.

Makkah atau Greenwich
Berdasarkan pertimbangan yang seksama bahwa Makkah berada tengah-tengah bumi sebagaimana yang dikuatkan oleh studi-studi dan gambar-gambar geologi yang dihasilkan satelit, maka benar-benar diyakini bahwa Kota Suci Makkah, bukan Greenwich, yang seharusnya dijadikan rujukan waktu dunia. Hal ini akan mengakhiri kontroversi lama yang dimulai empat dekade yang lalu.

Ada banyak argumentasi ilmiah untuk membuktikan bahwa Makkah merupakan wilayah nol bujur sangkar yang melalui kota suci tersebut, dan ia tidak melewati Greenwich di Inggris. GMT dipaksakan pada dunia ketika mayoritas negeri di dunia berada di bawah jajahan Inggris. Jika waktu Makkah yang diterapkan, maka mudah bagi setiap orang untuk mengetahui waktu shalat.
Makkah adalah Pusat dari lapisan-lapisan langit


Ada beberapa ayat dan hadits nabawi yang menyiratkan fakta ini. Allah berfirman, ‘Hai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.’ (ar-Rahman:33)

Kata aqthar adalah bentuk jamak dari kata ‘qutr’ yang berarti diameter, dan ia mengacu pada langit dan bumi yang mempunyai banyak diameter.
 
Dari ayat ini dan dari beberapa hadits dapat dipahami bahwa diameter lapisan-lapisan langit itu di atas diameter bumi (tujuh lempengan bumi). Jika Makkah berada di tengah-tengah bumi, maka itu berarti bahwa Makkah juga berada di tengah-tengah lapisan-lapisan langit.
Selain itu ada hadits yang mengatakan bahwa Masjidil Haram di Makkah, tempat Ka‘bah berada itu ada di tengah-tengah tujuh lapisan langit dan tujuh bumi (maksudnya tujuh lapisan pembentuk bumi)